secercah sisa kebanggaan menjadi rakyat Indonesia

Hari selasa (10/7/07) kemarin gw nonton partai perdana Indonesia di Piala Asia 2007 melawan bahrain..

Untuk cerita-cerita yang agak mendetail dan foto bisa dilihat di sini atau di sini tetapi ada sekelumit sisi lain yang dapat dipetik dari pertandingan kemarin.

Untuk pertama kalinya gw nonton timnas main langsung di stadion, kebetulan untungnya kami beli tiket yang paling murah dan duduk bersama-sama dengan supporter-supporter tim merah putih dari berbagai macam golongan dan status sosial, disitulah menariknya, kami semua berbaur dan mengelu-elukan nama INDONESIA secara serempak sepanjang pertandingan, menyanyikan lagu Indonesia Raya pada awal pertandingan,
melakukan gerakan body wave mengelilingi tribun atas Gelora Bung Karno,
bersorak sorai dan saling berangkulan ketika Budi Sudarsono membobol gawang bahrain pada menit ke-14.
Berteriak marah akan keputusan wasit yang cukup kontroversial ketika bahrain balas mencetak gol.
Makan kacang kulit yang dibawa oleh Jamak.
Kembali bersorak dan saling berangkulan ketika Bambang Pamungkas berhasil memanfaatkan bola muntah hasil tendangan keras Firman Utina yang membentur tiang gawang dan menjadikan Indonesia unggul 2-1.
Yang paling mengharukan adalah ketika pada akhir pertandingan para penonton kompak mengumandangkan Indonesia Raya dengan penuh haru dan kebanggaan.

Usai keluar dari stadion pun terjadi beberapa peristiwa yang cukup membuat gw tersentuh. Ketika sedang menuruni tangga stadion menuju pintu keluar, tiba-tiba seorang bapak menghampiri Ade Jamak, gw yang melihat kejadian itu langsung waswas, "wah ada apa ini? Jangan-jangan Jamak dipalak", tapi "wah, kok bapak2 itu yang ngasih hp-nya ke jamak, jangan2 jamak nggak punya ongkos buat balik ke bandung terus malak bapak2, hehe..". Lalu si bapak itu pun memanggil gw dan teman2 lainnya. "Wah, ada apa ini?". Eh, ternyata bapak itu ngasih hp-nya ke Jamak untuk minta tolong difotoin bersama gw dan teman2 yang memakai atribut Indonesia, "buat kenang-kenangan" katanya.

Usai foto bersama, kami pun berjabat tangan erat dengan sang bapak (jamak mengembalikan hp sang bapak tentunya, hehe..) rasa bangga dan pancaran sinar kepuasan pun muncul dari raut muka teman2 yang ada disana.

Tiba di luar stadion, kami pun berfoto lagi menggunakan kamera Yovan, kali ini gara2 Ibi gaptek dan gagal memotret akhirnya terpaksa gw turun tangan dan motoin gantian sama yovan, hah, foto gw kurang deh..

Usai berfoto dengan latar belakang stadion, segerombolan pemuda datang dan menyodorkan kamera kepada yovan dan minta tolong untuk difotokan, gw dan teman-teman (semua kecuali ardhana yang seperti biasa sibuk melihat-lihat cindera mata yang dijual di deket stadion) pun ikut nebeng difoto, hehe.. Usai berfoto dan berjabat tangan barulah disadari ternyata gerombolan pemuda itu adalah teman-teman dari ITB juga, dari jurusan Teknik Geofisika. Haha..

Pada saat-saat menggembirakan seperti itulah, mereka yang ada disana melupakan seluruh masalah hidupnya sejenak.. Melupakan harga beras dan minyak goreng yang mahal.. Melupakan sulitnya mencari minyak tanah yang telah ditarik dari peredaran dan keharusan untuk beralih ke kompor gas..
Serta, melupakan atau tidak memikirkan bagaimana cara pulang! hehe.. Kalo yang ini sih gw alami sendiri, sok tau gw pikir nyari taksi gampang, ternyata..
Akhirnya jalan ke PS trus naik taksi dari lobby PS. Semudah itu? Tunggu dulu, mencari taksi di lobby PS tidaklah semudah itu pada malam kemarin, antrinya puaanjaaang dan luaaaamaaa.. Rasa letih dan lelah pun mulai terasa.. Taksi yang dinanti akhirnya datang juga, sebuah Toyota Limo berlabel Blue Bird. Serasa naik mobil reyhan, haha..
Gw ama arya makan dulu di dapoer ciragil, makan ayam bakar, enaak.. Hehe..

Gw pikir kalo udah malem jam 9an gitu Jl. P. Antasari udah kosong dan lancar, ternyata masih kena macet juga.. Walhasil gw sampe rumah jam setengah 11an, langsung terkapar karena kelelahan, dan hari rabu kemaren bolos, kagak bisa bangun, pala pusing, kaki sakit, hehehe..